Dasa Warsa Keempat (2001 - 2010)

Dasa Warsa Keempat
(2001 - 2010)

Dasa Warsa Keempat (2001 - 2010) 

4.2   Tahun 2002: Pembangunan Shwedagon Pagoda

Paṭirūpaka Shwedagon Pagoda merupakan simbol kemegahan Padepokan Dhammadīpa Ārāma. Pagoda ini rasanya tidak: mudah untuk dibuat duplikat di Vihara-vihara lain di Indonesia kecuali hanya karena kamma baik saja yang bisa mendukung. Keberhasilan pembangunan pagoda ini tak lepas dari U Wim Pie dari Myanmar yang dengan gigih berjuang dengan segala tenaga, pikiran dan mencari dana. Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami tujukan kepada beliau. Dengan dukungan U Wim Pie pula pada akhir tahun 2011 telah berdiri sebuah stupa model Shwedagon Pagoda di Brastagi, Sumatera Utara.

Ide mendirikan Replika Swhedagon Pagoda di padepokan Dhammadipa Arama ini muncul pada kesempatan berbincang-bincang dengan Letjen. Khin Nyut, The First Secretary of State Peace and Development Council (Perdana Menteri) serta U Aung Khin, Menteri Agama Myanmar, dalam kunjungan Bhikkhu Khantidharo ke Mynmar pada bulan November tahun 2000.

Pada kesempatan itu, Bhikkhu Khantidharo Mahāthera mengajukan permohonan agar diberi izin untuk membangun paṭirūpaka Swhedagon Pagoda. Permohonan itu disambut dengan baik dan akhirnya disepakati akan dibangun paṭirūpaka Swhedagon Pagoda yang tingginya 15 m dan lantai dasarnya 18 m.

Thupa (bahasa Pali) atau Stupa (bahasa Sansekerta) dikenal dengan berbagai nama: Chedi di Thailand, Zedi di Myanmar, Dagoba di Srilanka, Chorten di Tibet, dalam bahasa Inggris sering disebut dengan istilah Pagoda. Paṭirūpaka Swhedagon Pagoda merupakan replika atau tiruan dari Shwedagon pagoda yang ada di Myanmar dengan ukuran kurang lebih 1/10 dari ukuran asli di Yangon, Myanmar. Patirupa Swedagon Pagoda yang ada di Padepokan Dhammadipa Arama merupakan Pagoda pertama di Indonesia. Atas prestasinya yang luar biasa inilah Bhikkhu Khantidharo Mahāthera memperoleh penghargaan dari MURI (Meseum Rekor Indonesia) sebagai pemrakarsa berdirinya bangunan Patirupa Shwedagon Pagoda yang pertama di Indonesia.

Patirupaka Swhedagon Pagoda terdiri dari 3 lantai; lantai pertama/ dasar terdapat 21 ruang khusus untuk berlatih meditasi duduk bagi wanita, tepat di tengah pagoda terdapat sumur suci yang telah difilter dan siap untuk diminum, disebut sumur suci karena setiap hari dibacakan Paritta, dan dikelilingi oleh tempat suci untuk orang yang berlatih meditasi; selain itu juga sumur suci posisinya lurus (vertikal) dengan penyimpanan relik Sang Buddha. Sedangkan di sekeliling lantai pertama ini juga menempel foto-foto sejarah pembangunan Pagoda hingga peresmian.

Pada Lantai kedua terdapat tujuh altar Buddha sesuai dengan hari (Senin-Minggu). Selain itu, di sekeliling ruangan pada lantai kedua terdapat pintu kaca ukir yang mengisahkan tentang Riwayat Hidup Buddha Gotama dan gambar delapan simbol yang 4 memberikan harapan/Hasta Manggala. Sedangkan pada lantai ketiga/paling atas berdiri dengan megah Stupa besar yang menyimpan relik Sang Buddha serta ada ruangan yang disebut Ganda Kuti, sebuah ruang khusus yang tidak setiap orang diperkenankan masuk.

Pagoda ini disebut juga sebagai Pagoda Kedamaian karena,” Siapa pun yang datang berkunjung ke Stupa (Pagoda) dimana disimpan Relik Sang Tathagatha dengan membawa bunga, dupa atau kayu cendana dan merenungkan sifat-sifat mulia Sang Tathagata, maka ia akan merasa damai, tenang, tentram dan bahagia dalam waktu yang cukup lama. Natthi santipararn sukham artinya tiada kebahagiaan melebihi kedamaian (Mahaparinibbana Sutta/D.11-6.).

Desain bangunan Pagoda Kedamaian ini dirancang oleh Ibu Ir.Shelly Gunavati Wardojo. Tiga orang teknisi dari Myanmar yaitu: U Mya Lwin, Maung Maung Khin, U Maan Zaw Oo sebagai pelaksana pengerjaan Replika Shwedagon Pagoda ini.

Pagoda ini sendiri baru dibangun dengan peletakan batu pertama tanggal 5 Agustus 2001, peletakan Buddha rupang Sattathana (Tujuh Altar) di ruang pagoda tanggal 26 Mei 2002. Peletakan relik Sang Buddha dan para Arahat (Y.A. Sāriputta, Y.A. Moggallāna, Y.A. Ānanda, Y.A. Mahakassapa, Y.A. Sivali), pada tanggal 19 November 2002. Selain relik para Arahat, juga disimpan bermacam-macam Ratna Mutu Manikam dari para donatur yang datang pada saat persemian baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuannya, apabila pagoda ini roboh sewaktu-waktu karena umurnya tua atau bencana alam maka permata-permata itu bisa dijual untuk segera dibangun kembali. Tidak seorang pun bisa melihat atau menyentuh benda-benda pusaka tersebut karena tersimpan dalam ruangan beton yang tertutup mati.